Rabu, 15 September 2010

Pemanis Buatan, Sedikit Saja

PENDERITA diabetes melitus (DM) sering dianjurkan untuk mengganti gula tebu dengan pemanis buatan. Banyak yang bilang, pemanis buatan lebih aman dan tak menaikkan gula darah.

Ada dua macam pemanis buatan. Yaitu, pemanis buatan tak bergizi dan bergizi. Dikatakan tak bergizi karena pemanis buatan yang tergolong dalam jenis itu tidak menyumbangkan kalori pada tubuh. Yang termasuk dalam pemanis tak bergizi adalah sakarin, siklamat, dan aspartam. Meski tidak menyumbang kalori, pemanis tersebut rawan memicu nafsu makan. ''Kebanyakan mengonsumsi pemanis tak bergizi akan membuat penderita DM ingin selalu makan. Nah, makanan yang mengandung karbohidrat berlebih tetap rentan memacu kenaikan kadar gula dalam darah,'' ujar F.X. Wahyurin Mitano.

Beberapa komponen yang terdapat pada pemanis jenis itu bisa membuat ''kecanduan'' layaknya kafein. ''Komponen ini berperan dalam pemecahan glukosa dalam tubuh. Hasil proses itu merangsang otak dan memberikan efek adiksi,'' kata ahli gizi dari RSUD dr Soetomo, Surabaya, tersebut.

Bagi yang menggunakan pemanis buatan jenis itu, ambang batas konsumsinya perlu dipatuhi. Sakarin boleh dikonsumsi 2,5 mg/kg BB/hari, siklamat 11 mg/kg BB/hari, dan aspartam 4 mg/kg BB/hari. Porsi siklamat lebih besar daripada dua gula pengganti yang lain. Sebab, pemanis tersebut tahan panas dan mudah larut dalam air. Dengan demikian, putaran dalam tubuhnya lebih lama. ''Kelebihan aspartam pun bisa dikeluarkan lewat urine,'' tuturnya.

Sebaliknya, pemanis bergizi adalah pengganti gula yang mengandung kalori. Fruktosa dan silitol masuk dalam kategori itu. Kandungan kalorinya sekitar 2-4 kal/gr. Secara alami, pemanis buatan itu terdapat dalam buah-buahan. Dibandingkan gula tebu yang mengandung 3,64 kal/gr, kalori fruktosa dan silitol tetap lebih aman. ''Sebab, gula pengganti tersebut memiliki protein dan lemak. Jadi, lambung akan lebih lama memprosesnya. Proteinnya juga bisa membantu peningkatan produksi insulin,'' jelas perempuan yang akrab disapa Ririen tersebut.

Tidak seperti gula biasa, tingkat rasa manis pemanis buatan itu lebih tinggi. Sakarin, misalnya, rasa manisnya bisa 300-400 kali sukrosa. Karena itu, tidak dianjurkan menggunakannya terlalu banyak. ''Sejumput pemanis buatan, rasa manisnya sudah seperti satu sendok makan penuh gula tebu,'' ujar Ririen.

Hanya, dari segi taste, pemanis buatan tidak sesedap yang natural. ''Rasa manisnya cenderung agak pahit. Kalau digunakan terlalu banyak bisa nyethak di lidah, '' tambahnya. Selain itu, sebagian orang intoleransi. Itu bisa menimbulkan efek seperti batuk atau rasa serik pada tenggorok.

Diingatkan, walau menggunakan gula pengganti, porsinya diperhatikan. Tidak bisa konsumsi sembarangan. Sifat pemanis itu tetap perlu dikenali agar konsumsinya sejalan dengan upaya menormalkan kembali kadar gula dalam darah.

0 komentar:

Posting Komentar

Komentar anda membuat blog ini eksis.